Cost Volume Profit


PENDAHULUAN 

Untuk memperoleh laba yang maksimal, perusahaan perlu membuat suatu perencanaan yang tepat dan cermat dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Perencanaan laba merupakan pengungkapan keuangan dan naratif akan hasil yang diharapkan dari keputusan perencanaan, dimana dengan jelas dapat ditetapkan sasaran dalam bentuk waktu yang diperkirakan dan hasil keuangan yang diharapkan (Satriani, dkk. 2015: 28).
Samryn, L.M (2012:174) mengatakan hubungan analisis Cost Volume Profit dalam perencanaan laba dapat digunakan untuk menghitung titikimpas, target laba, margin keamanan (margin of safety), komposisi biaya untuk memaksimumkan margin kontribusi, struktur biaya atau leverage operasi.
Analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual da harga semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis CVP dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya (Hansen dan Mowen, 2009:4)


LANDASAN TEORI 


2.1 Analisis CVP (Cost Volume and Profit) 
2.1.1 Pengertian CVP (Cost Volume and Profit) 
Analisis Biaya volume laba (cost volume profit – CVP) adalah alat yang sangat berguna bagi manajer dalam memberikan perintah. Alat ini membantu mereka memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume, dan laba dalam organisasi dengan memfokuskan pada interaksi antar lima elemen (Garrison, 2013: 262): 
a. Harga produk
b. Volume atau tingkat aktivitas
c. Biaya variabel per unit
d. Total biaya tetap
e. Bauran produk yang dijual 
Karena analisis biaya volume laba membantu manajer mengerti hubungan timbal balik antar biaya volume laba, alat ini sangat penting dalam berbagai keputusan bisnis. Keputusan keputusan ini mencakup sebagai contoh produk apa yang harus diproduksi dan dijual, kebijakan harga apa yang harus dijalankan, startegi pemasaran apa yang harus digunakan dan struktur biaya apa yang digunakan (Garrison, dkk. 2013: 262). 



2.1.2 Asumsi Penggunaan Analisis CVP (Cost Volume and Profit) 

Penggunaan suatu model tidak terlepas dari keterbatsan-keterbatasannya, yang harus menggunakan asumsi-asumsi tertentu. Dengan mengetahu batasan-batasan yang dimaksud menyebabkan penggunaan analisis model dan tidak menimbulkan kekeliruan dan kesalahan dalam pengambilan keputusan (Kamaruddin, 2017:57). Batasan-batasan CVP adalah sebagai berikut (Kamaruddin, 2017:57-58) : 
1. Konsep tentang variabilitas cost dapat diterima, karena itu biaya harus realistis diklasifikasikan sebagai variabel dan tetap. 
2. Range yang relevan pada semua tahap analisis harus ditentukan. 
3. Harga jual per unit tidak berubah jika terjadi perubahan volume. 
4. Hanya dijual satu jenis produk (single produk). 
5. Jika analisis digunakan untuk berbagai produk atau kombinasi prosuk (product mix), sales mixnya harus tetap atau konstan. 
6. Kebijaksanaan manajemen terhadap operasi perusahaan tidak berubah secara material dalam jangka pendek. 
7. Tingkat harga umum stabil dalam jangka pendek. 
8. Sinkronisasi antara penjualan dan produksi, yang berarti tingkat inventori harus konstan atau kosong (nol). 
9. Efisiensi dan produktivitas tidak mengalami perubahan-perubahan, khususnya dalam jangka pendek. 

2.2 Menerapkan CVP (Cost Volume and Profit) 
2.2.1 Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP 
Laporan Laba rugi merupakam suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-biaya perusahana dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba-rugi dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut (Hansen dan Mowen, 2009:5). 

Laba Operasi = Pendapatan penjualan – Beban Variabel – Beban tetap 

Laba operasi (Operating Income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan. Laba bersih (net income) adalah laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Setelah menghitung jumlah unit yang terjual, kita dapat mengembangkan persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan pernjualan dan beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan penjualan dinayatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian, persmaan laba operasi menjadi (Hansen dan Mowen, 2009:5): 

Laba Operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya variabel per unit x Jumlah unit terjual) – Total biaya tetap.

2.2.1 Analisis Titik Impas 
Titik Impas (break even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Untuk menemjukan titik impas dalam unit, kita fokus pada laba operasi (Hansen dan Mowen, 2009: 4). Untuk menentukan titik impas dalam unit, fokusnya adalah pada laba operasi. Keputusan awal perusahaan dalam mengiplemen tasikan pendekatan unit yang terjual pada analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit. Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan vaiabel. Analsis CVP berfokus pada berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan dalam komponen laba. Saat kita membahas analisis CVP dalam kerangka unit yang terjual, kita perlu menetukan komponen tetap dan variabel dari biaya serta pendapatan yang berkaitan dengan unit-unit. Saat kita membahasa perusahaan secara keseluruhan. Biaya-biaya yang dibicarakan seluruh biaya perusahaan manufaktur, pemasaran dan administrasi. Jadi, jika kita menyebut biaya variabel, maka kita maksudkan adalah semua biaya yang meningkat akibat unit yang terjual lebih banyak, termasuk bahan baku lanhgsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, biaya penjualan, dan administrasi variabel. Biaya tetap juga mencakup overhead tetap, beban penjualan dan administrasi tetap (Hansen dan Mowen: 2009: 5).


2.2.2 Margin Kontribusi 

Margin konstribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel. Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut (Garison, dkk. 2013: 324). Untuk mengilustrasikan dengan contoh, asumsikan pada pertengahan bulan Acoustic Concepts hanya mampu menjual satu pengeras suara. Jika tidak ada tambahan pengeras suara yang terjual untuk beulan tersebut, laporan laba-rugi perusahaan akan tampak seperti berikut (Garison, dkk. 2013: 324):


Jika jumlah pengeras suara yang terjual cukup untuk menghasilkan $35.000 dalam mergin kontribusi maka seluruh bahan tetap akan tertutup dan perusahaan akan dapat mencapai titik impas (break even) untuk bulan tersebut. Dimana tidak ada laba ataupun rugi, hanya menutup semua biaya. Untuk mencapai titik impas, perusahaan harus menjual $350 pengeras suara dalam satu bulan, karena setiap pengeras suara yang terjual menghasilkan $100 dalam margin kontribusi:

Titik impas adalah tingkat penjualan dimana laba adalah nol. Ketika titik impas dicapai. Laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Jika 351 pengeras suara terjual dalam satu bulan. Laba bersih akan menjadi $ 100, karena perusahaan menjual 1 pengeras suara lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan untuk titik impas(Garison, dkk. 2013: 324).
2.1.1      2.2.3 Rasio Margin Kontribusi
Rasio Margin Kontribusi dapat digunakan dalam perhitungan laba. Margin kontribusi sebagai persentase penjualan adalah mengacu pada rasio margin kontribusi (CM ratio). Rasio dihitung sebagai berikut (Garrison, 2013: 328):

2.2.4 Anilisis Target Laba
Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagaian besar perusahaan ingin memperoleh laba operasi lebih besar dari pada nol. Analisis CVP menyediakan suatu cara menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Rumus biaya volume laba digunakan untuk menentukan volume penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai target laba (Hansen dan Mowen: 2009: 5).

Rumus baiya volume laba dapat digunakan untuk menentukan volume penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai target laba. Anggaplah Prem Barayan dari Acoustuc Concepts ingin mencapai target laba $ 40.000 perbulan. Berapa banyak pengeras suara yang harus terjual?Persamaan Biaya Volume Laba satu pendekatan adalah menggunakan metode persamaan. Dari pada mencari unit penjualan dimana laba adalah nol, lebih baik mencari unit penjualan dimana laba adalah $ 40.000 (Garrison, dkk. 2013: 336).

2.2.5 Peran Strategis Analisis CVP 

Analisis CVP dapat membantu perusahaan menjalankan strategi dengan memberikan pemahaman tentang bagaimana perubahan volume penjualan mempengaruhi biaya dan keuntungan. Banyak perusahaan, terutama biaya kepemimpinan perusahaan, bersaing dengan meningkatkan volume (seringkali melalui harga yang lebih rendah) untuk mencapai biaya operasi keseluruhan yang lebih rendah, unit tetap biaya sangat rendah. Analisis CVP menyediakan sarana untuk memprediksi efek pertumbuhan penjualan pada keuntungan. Hal ini juga menunjukkan risiko dalam meningkatkan biaya tetap jika volume jatuh (Blocher, dkk, 2010:327). 
Analisis CVP penting dalam menggunakan kedua siklus hidup biaya dan target costing. Dalam siklus hidup biaya, analisis CVP digunakan pada tahap awal dari siklus hidup biaya produk untuk menentukan apakah produk tersebut mungkin untuk mencapai profitabilitas yang diinginkan. Demikian pula, analisis CVP dapat membantu dalam target costing pada tahap awal dengan menunjukkan efek pada keuntungan dari desain produk alternatif yang memiliki biaya target yang berbeda (Blocher, dkk, 2010:328). Selain itu, analisis CVP dapat digunakan pada tahap selanjutnya dari siklus hidup, selama perencanaan manufaktur, untuk menentukan proses manufaktur paling hemat biaya. keputusan manufaktur tersebut termasuk ketika mengganti mesin, jenis mesin untuk membeli, ketika untuk mengotomatisasi proses, dan kapan harus outsource operasi manufaktur. Analisis CVP juga digunakan dalam tahap akhir dari siklus hidup biaya untuk membantu menentukan yang terbaik pemasaran dan distribusi sistem. Misalnya, analisis CVP dapat digunakan untuk menentukan apakah untuk membayar tenaga penjualan secara gaji atau dasar komisi untuk biaya yang lebih rendah. Demikian pula, dapat membantu untuk menilai keinginan program diskon atau rencana promosi (Blocher, dkk, 2010:328). 


2.3 Ketidakpastian dalam Cost Volume Profit 

Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan bagaimanapun hal itu harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dengan ketidakpastian. Distribusi probabilitas variabel pada risiko dapat diketahui, sedangkan ditribusi probabilitas variabel pada ketidakpastian tidak diketahui (Hansen dan Mowen, 2009: 27). 

Bagaimanapun cara manajer menghadapi risiko dan ketidakpastian ? Ada berbagai metode yang dapat digunakan. Pertama, pihak manajemen tentu harus menyadari sifat ketidakpastian dari harga, biaya, dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya, para manajer bergerak dari pertimbangan titik impas ke pertimbangan yang disebut kisaran titik impas. Dengan kata lain karena sifat data yang tidak pasti, suatu perusahaan mungkin mencapai titik impas ketika 1.800 sampai 2.000 unit terjual. Jadi, titik impas tidak dietimasi pada satu titik tertentu, misalnya 1.900 unit. Selain itu, para manajer dapat menggunakan analisis sensitivitas atau analisis bagaimana jika (what-if). Dalam hal ini, penggunaan spreadsheet komputer akan membantu para manajer dalam menentukan hubungan titik impas (atau target laba), kemudian memeriksanya untuk melihat dampak harga dan biaya yang bervariasi terhadap kuantitas yang terjual. Dua konsep yang bermanfaat bagi manajemen adalah margin pengaman dan pengungkitoperasi. Kedua konsep ini dapat dipertimbangkan untuk mengukur risiko. Setiap konsep mensyaratkan pengetahuan mengenai biaya tetap dan variabel (Hansen dan Mowen, 2009: 28). 

1. Margin Pengaman 

Margin pengaman (margin of safety) adalah unit yang terjual atau yang diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilakn atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas. Sebagai contoh, jika volme impas perusahaan adalah 200 unit dan perusahaan saat ini menjual 500 unit, maka margin pengamannya adalah 300 unit (500 – 200). Argin pengaman juga dapat dinyatakan dalam pengdatapann penjualan. Jika volume impas adalah $200.000 dan pendapatan saat ini ,$350.000, maka margin pengamannya adalah $150.000 (Hansen dan Mowen, 2009: 28). 

Margin pengaman dapat dipandang sebgaia ukuran kasar dari risiko. Pada kenyataannya, peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana disusun. Hal itu dapat menurunkan penjualan di bawah jumlah yang diharapkan. Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang diharapkan di tahun depan, maka risiko menderita kerugian jika penjualan menurun lebih kecil dari pada margin pengamannya kecil. Manaejr yang dihadapi margin pengaman yang rendah mungkin ingin mempertimbangkan berbagai tindakan untuk meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya. Langkah-langkah tersebut akan meningkatkan margin pengaman dan mengurangi risiko merugi (Hansen dan Mowen, 2009: 28). 

2. Pengungkit operasi 

Perusahaan yang merealisasikan biaya variabel yang lebih rendah karena meningkatkan proporsi biaya tetapnya akan meningkatkan proporsi biaya tetapnya akan meningkat dibandingkan dengan perusahaan dengan proporsi biaya tetap yang lebih rendah. Biaya tetap yang digunakan sebagai pengungkit untuk meningkatkan laba. Sayangnya, perusahaan dengan pengungkit operasi yang lebih tinggi juga akan mengalami pengurangan laba yang lebih besar ketika penjualan turun. Oleh karena itu, pengungkit operasi (operatingleverage) merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualaan berubah (Hansen dan Mowen, 2009: 29). 

Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage-DOL) untuk tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba (Hansen dan Mowen, 2009: 29). 


DAFTAR PUSTAKA 


Ahmad Kamaruddin. 2017. Akuntansi Manajemen, Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan. Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta 

Blocher, Edward J, dkk. 2010. Cost Managemen: A Strategic Emphasis 5 Edition. New York: McGraw-Hill 

Garrison, Noreen dan Brewer. 2013. Managerial Accounting. Buku 1. Mc Graw Hill. Salemba Empat 

Hansen dan Mowen. 2009. Managerial Accounting. Buku 2. Edisi 8. Cengage Learning. Salemba Empat 

Satriani Saparida, Marheni, dan Lona Miranda. 2015. Analisis Cost Volume Profit sebagai alat perencanaan laba jangka pendek pada CV. Mentari Dempo Indah Pangkal Pinang. Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis dan Keuangan (JIABK). Volume 3, Issue 2, November 2015. ISSN 2355-9047 

Samryn, L.M. 2013. Akuntansi Manajemen: Informasi Biaya untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi & Investasi. Cetakan ke dua. Kencana. Jakarta.

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) : Pengertian, Tujuan, Indikator dan Temuan atas Kelemahan SPIP

Sistem Pengendalian Internal  Pemerintah       Sistem Pengendalian Internal diperlukan oleh semua entitas dalam pelaksanaan kegiatan operais...