Proposal Penelitian
STATEMENT
OF AUTHORSHIP
“Saya
yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi
ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas
pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan menggunakannya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendekteksi adanya plagiarisme.”
Nama :
Anggie Rizka Safitri
Mata
Ajaran : Seminar Akuntansi Manajemen
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak awal tahun
1920-an, setiap perusahaan yang baik telah menjadikan anggaran sebagai bagian
sentral dari sistem perencanaan dan kontrol. Kemampuan anggaran untuk
mengoordinasikan alokasi sumber daya melalui komunikasi internal, dan pada saat
yang sama berfungsi sebagai sarana otorisasi pengeluaran dan basis evaluasi
telah menjadi alat yang paling penting yang pada manajer saat ini ketika
menjalankan sebuah perusahaan. Anggaran disiapkan untuk departemen, seperti
produksi, personel dan pemasaran atau untuk item keuangan dan sumber daya
(Matthew, 2014).
Namun pengamatan
dari waktu ke waktu bahwa efek disfungsional sering muncul selama proses
penganggaran. Aspek perilaku penganggaran sering diremehkan sehingga mempengaruhi persiapan, implementasi dan
keberhasilan sistem penganggaran suatu organisasi. Kurangnya partisipasi
karyawan secara umum dalam proses penetapan anggaran dan pelatihan atau
pengetahuan bagi semua individu yang terlibat dalam proses penganggaran
disebabkan karenamereka kurang diberikan tempat. Praktik ini telah mempengaruhi
kinerja manajer pada organisasi(Matthew, 2014).
Suatu organisasi
memungkinkan karyawan untuk berpartisipasi dalam proses penetapan anggaran
dengan harapan mengurangi kesenjangan anggaran dan dapat meningkatkan kinerja. Partisipasi
anggaransalah satu jenis strategi perencanaan keuangan yang melibatkan
partisipasi aktif dari jajaran karyawan yang lebih luas dalam proses
menciptakan anggaran yang bisa diterapkan untuk suatu departemen atau bahkan
seluruh perusahaan. Karyawan di seluruh struktur perusahaan diundang untuk
memberikan masukan ke dalam penilaian kebutuhan perusahaan untuk periode
anggaran mendatang. Partisipasi dalam proses penganggaran menghasilkan manfaat
seperti meningkatkan motivasi karyawan dan komitmen terhadap anggaran yang
menumbuhkan kreativitas di antara semua tingkatan karyawan, meningkatkan rasa
tanggung jawab, meningkatkan kepuasan kerja dan juga kinerja. Oleh karena itu,
partisipasi adalah bagian penting dari perencanaan dan pengendalian anggaran
yang efektif dan merupakan alat utama untuk mengurangi efek disfungsional
penganggaran. Namun, tujuan anggaran harus dinegosiasikan melalui partisipasi
anggaran dan ditetapkan pada tingkat yang ketat tetapi dapat dicapai. Hanya
tujuan anggaran semacam ini yang dapat menyebabkan efek motivasi yang akan
meningkatkan tingkat kinerja manajerial.
Komitmen pada
organisasi memiliki pengaruh positif pada kinerja Manajerial. Kinerja
manajerial menunjukkan pencapaian dan keberhasilan manajer dalam organisasi
untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditentukan. Komitmen organisasi
yang kuat akan meningkatkan kinerja manajerial. Manajer yang memiliki loyalitas
kepada organisasi akan mencoba membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan
melakukan segala kemungkinan untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawab mereka. Manajer yang berkomitmen pada organisasi mereka akan bekerja
lebih keras dan lebih kreatif untuk membuat organisasi tumbuh dan lebih peduli
dengan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi mereka (Djalil, et
al, 2017).
Penelitian
mengenai partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial yang telah diteliti
oleh Adenuga dan Ojeridan (2017) yang meneliti Dampak Partisipasi Anggaran dan
Komitmen Organisasi pada Kinerja Manajerial di Nigeria. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwakebutuhan untuk menerapkan proses partisipasi penganggaran
efektif di perusahaan-perusahaan karena hal tersebut memberikan efek positif
pada kinerja manajerial dan lebih lagi dapat mengidentifikasi peran signifikan
dari variabel intervening dari komitmen organisasi antara partisipasi
penganggaran dan kinerja manajerial. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
perusahaan harus mempromosikan keterlibatan dalam kegiatan penganggaran di semua
tingkatan yang dapat mendorong peningkatan kinerja manajerial.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hasan Almasi, Mohammad
Reza Palizdarb dan Hossein Parsian (2015). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel partisipasi
manajer dalam penganggaran dan kepercayaan organisasi, kompetensi dalam
pendanaan dan alokasi sumber daya dan kepuasan kerja, komitmen organisasi pada
kepercayaan organisasi, komitmen organisasi manajer dan kompetensi,
pengalokasian sumber daya dan akhirnya variabel dari kompetensi dalam pendanaan
dan alokasi sumber daya manajer dan kepuasan kerja dan kinerja manajemen.
Penelitian
yang dilakukan oleh Arifin dan Gagaring Pagalung (2018) menyatakan bahwa partisipasi
anggaran dapat memberikan peran positif dalam kinerja manajerial. Tetapi
partisipasi anggaran bukan satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan kinerja
manajerial, tetapi partisipasi anggaran dapat dimoderasi atau dimediasi dengan
variabel lain seperti modal psikologis, Informasi yang relevan dengan
pekerjaan, pengetahuan dan kompetensi, gaya kepemimpinan, motivasi, dan
lain-lain.
Dikutip
dari (Bisnis.com, 2018) Lembaga Penjamin Simpanan melaporkan jumlah Bank Perkreditan Rakyat
dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah menurun sejumlah 30 unit selama periode tahun
2018. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode 2017 turun
sejumlah 23 unit. Salah satu faktor semakin berkurangnya Bank Perkreditan
Rakyat dikarenakan kinerja manajerial yang kurang baik. Sementara itu dikutip
dari (jambiupdate.com, 2018) Bank
Indonesia (BI) Provinsi Jambi mencatat secara umum bahwa kinerja Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) pada akhir tahun lalu terpantau mengalami perlambatan.
Jumlah aset pada triwulan IV 2018 tercatat sebesar Rp. 908,53 miliar atau
tumbuh sebesar 6,47 % lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
7,91 %. Untuk itu penelitian ini akan memilih Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
Kota Jambi sebagai objek penelitian.
Atas
dasar uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh
Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manejerial melalui Komitmen Organisasi
sebagai Variabel Intervening pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Jambi”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah Partisipasi Anggaran berpengaruh terhadap Komitmen Organisasi
pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Jambi ?
2.
Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Komitmen Organisasi
pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Jambi ?
3.
Apakah Partisipasi Anggaran berpengaruh terhadap Komitmen Organisasi
pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Jambi melalui Komitmen Organisasi
sebagai Variabel Intervening?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja menejerial
pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Jambi
2.
Menguji pengaruh komitmen
organisasi terhadap kinerja manajerial pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
Kota Jambi
3.
Menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap Komitmen Organisasi
pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Jambi melalui Komitmen Organisasi
sebagai Variabel Intervening
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Goal
Setting Theory
Penetapan tujuan adalah alat yang ampuh yang dapat
digunakan untuk memotivasi dan menantang karyawan. Pencapaian tujuan memberikan
rasa prestasi dan memberigambaran apa yang telah di selesaikan. Teori Penetapan
Tujuan atau Goal Setting Theory
dikemukakan oleh Locke & Latham (1998). Teori ini menjelaskan keterkaitan antara
tujuan dan kinerja pada tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan memiliki
tujuan karyawan akan termotivasi untuk bekerja
dan untuk mencapai tujuan itu dengan meningkatkan kinerja kerja secara keseluruhan. Dikatakan proses penetapan tujuan karena
teori ini akan mempengaruhi semua orang yang terlibat dalam tujuan yang telah
ditetapkan. Didalam perusahaan ketika tujuan telah di rancang maka orang yang
terlibat harus memiliki rasa tanggung jawab agar tujuan ini terpacai. Jika
orang-orang yang telibat dalam tanggung jawab dapat memaksilmalkan kewajibannya
dan tujuan dapat tercapai tentu kondisi ini akan mempengaruhi kinerja
menejerial suatu perusahaan atau instansi tersebut menjadi lebih baik lagi (McPheat, 2010).
Pada tahun 1990,
Locke dan Dr. Gary Latham menerbitkan “Teori Penentuan Sasaran dan Kinerja
Tugas” di mana mereka mengidentifikasi lima prinsip yang penting dalam
menetapkan tujuan yang akan memotivasi orang lain. Prinsip-prinsip ini adalah (McPheat, 2010):
• Kejelasan
• Tantangan
• Komitmen
• Umpan balik
• Kompleksitas tugas
2.2 Teori Kontigensi
Teori
kontinjensi berarti bahwa tidak ada suatu sistem pengendalian manajemen yang
dapat diterapkan secara efektif pada segala kondisi di suatu intansi atau
organisasi, akan tetapi sebuah sistem pengendalian tertentu hanya akan efektif
untuk kondisi organisasi tertentu pula. Pemimpin di lihat dari teori kontigensi
yaitu seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya bergantung pada situasi
tugas kelompok (group task situation)
dan tingkat gaya kepemimpinannya, kepribadian pemimpin tersebut dan
pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya (Otley, 1980).
Pada
penelitian ini faktor kontigensi yaitu variabel intervening yang digunakan
untuk pengevaluasi partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Pendekatan
kontigensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel komitmen
organisasi. Variabel intervening ini digunakan untuk melihat hubungan secara
langsung dan tidak langsung dari variabel partisipasi anggaran dan kinerja
manajerial.
2.3 Kinerja Manajerial
Kinerja
manajerial didefinisikan sebagai manajemen kunci, yang mencerminkan pengetahuan
dan keterampilan manajemen. Kinerja manajerial didasarkan pada fungsi
pengelolaan manajemen (Phung dan Hoang,
2018). Kinerja manajerial menurut Dave dan Rastogi (2004) dalam (Odenuga
dan Ojediran, 2017). mengklasifikasikan peran manajer sebagai bagian pada tiga
bidang utama yaitu teknis, konseptual dan manusia. Manajemen yang tepat dari
fungsi inti yang disediakan dapat membuka jalan bagi peningkatan hasil dan
pertumbuhan dalam organisasi. Oleh karena itu mengingat bahwa seorang manajer untuk
meningkatkan produktivitas harus melakukan pekerjaan dan menghapi dan memimpin
banyak bawahan akan memerlukan kecakapan perilaku yang dipertajam untuk menjadi
manajer yang berkembang. Miles (1992) menjelaskan manajer yang berkembang
sebagai orang yang menggunakan otoritas secara produktif; memiliki kemampuan
untuk menetapkan tujuan yang jelas dan mengadopsi strategi dasar dalam
memastikan bahwa tujuan dapat tercapai. Seorang manajer harus dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat melihat secara mendalam, mewujudkan
impiannya (rencananya) dan melakukan apa yang diperlukan untuk mencapai kinerja
manajerial (Odenuga dan Ojediran, 2017).
Kinerja
manajerial adalah hasil kerja masing-masing anggota organisasi dalam kegiatan
manajerial seperti perencanaan, penyelidikan, koordinasi, pengawasan, staf,
negosiasi dan perwakilan. Anthony dan Govindarajan (2007) menyatakan bahwa kinerja
manajerial menunjukkan kemampuan manajemen kinerja untuk berfungsi dalam fungsi
manajemen untuk aktivitas sebagai tanggung jawab utama mereka. Performa
cenderung meningkat ketika manajer menggunakan anggaran untuk mengalokasikan
sumber daya. Alokasi sumber daya yang memadai untuk bawahan akan membuat
kinerja bawahan lebih produktif (Arifin dan Gagarin, 2018).
Kinerja Manajerial dapat memberikan
maanfaat bagi perusahaan sebagai berikut (McPheat,
2010):
·
Ketika peran dan
tanggung jawab jelas, motivasi meningkat. Jika anggota atau karyawan tahu apa
yang seharusnya mereka lakukan, mereka tidak kehilangan gerak karena kebingungan atau
ketidakpastian. Tiap individu yang termotivasi akan bertindak maju, dan tim
yang penuh dengan individu yang termotivasi akan saling memberi bantuan dan
menjaga motivasi itu terus berjalan.
·
Ketika harapan jelas,
karyawan lebih cenderung untuk mengambil kepemilikan atas pekerjaan mereka dan
berkomitmen untuk hasil yang diharapkan. Mereka akan lebih cenderung bersedia
mengambil risiko, melakukan upaya ekstra, dan memandang peran mereka sendiri sebagai
kemitraan dengan dan dengan anggota tim lainnya.
·
Ketika tujuan jelas,
anggota tim masing-masing akan dapat berkontribusi untuk efektivitas tim. Tanpa
manajemen kinerja, sebuah tim tidak dapat diharapkan efektif.
·
Kinerja manajerial yang
baik membantu dapat mengembangkan anggota tim. Yang dapat di gunakan untuk
memperluas kemampuan mereka, menantang mereka untuk keluar dari zona nyaman
mereka. Melakukan hal itu akan memberikan peluang bagi pertumbuhan individu,
yang pada gilirannya akan membantu memicu semangat mereka untuk pekerjaan
mereka.
·
Membantu mereka untuk
tumbuh dan berkembang akan membantu untuk memajukan individu melalui
perusahaan. Manajer dapat membangun kekuatan yang dibutuhkan perusahaan - baik pada
divisi manapun
·
Proses manajemen
kinerja yang solid dan terbentuk dengan baik memberikan alat yang kuat untuk
mengatasi masalah kinerja yang buruk, jika muncul. Jika manajer dan karyawan telah
menyetujui apa tugas dan tanggung jawab mereka, maka Anda memiliki sesuatu
untuk dijadikan rujukan ketika mereka tidak memegang akhir perjanjian mereka.
2.4 Anggaran
Anggaran
didefinisikan sebagai rencana, sasaran, dan tujuan manajemen yang mencakup
semua aspek operasi untuk periode waktu yang tertentu. Anggaran adalah alat
yang menyediakan target dan arahan. Anggaran memberikan kendali atas lingkungan,
membantu menguasai aspek keuangan pekerjaan dan departemen, dan menyelesaikan masalah
yang akan terjadi. Anggaran fokus pada pentingnya mengevaluasi tindakan
alternatif sebelum keputusan benar-benar dilaksanakan (Shim dan Siegel, 2005).
Anggaran di
sektor bisnis dan menurut adalah perencanaan manajerial dari kegiatan yang
dinyatakan dalam kerangka keuangan. Anggaran juga merupakan perencanaan yang
memiliki laba komprehensif dalam periode jangka pendek yang mengimplementasikan
tujuan dan sasaran ke dalam operasi perusahaan. Oleh karena itu, penerapan
partisipasi anggaran dalam kondisi yang tidak tepat maka akan merusak partisipasi
motivasi karyawan dan mengurangi upaya untuk mencapai tujuan perusahaan
(Rokhman, 2017).
Proses anggaran
adalah proses akuntansi dan proses manajemen. Proses akuntansi untuk penyusunan
anggaran adalah studi tentang mekanisme; prosedur untuk mengumpulkan data, dan
format anggaran. Manajemen proses untuk penganggaran adalah proses
mendefinisikan peran masing-masing kepala unit / unit kerja dalam pelaksanaan
program atau bagian dari program dan pembentukan pusat tanggung jawab (Rokhman,
2017)..
Penganggaran yang efektif
membutuhkan adanya:
1. Kemampuan
memprediksi
2. Komunikasi,
wewenang, dan tanggung jawab yang jelas
3. Informasi
akuntansi yang dihasilkan akurat, dapat diandalkan, dan tepat waktu
4. Kompatibilitas
dan pemahaman informasi
5. Dukungan
di semua tingkatan organisasi: atas, tengah, dan bawah
Anggaran harus
ditinjau oleh suatu kelompok sehingga ada basis pengetahuan yang luas.
Angka-angka anggaran harus jujur untuk memastikan kepercayaan di antara para semua
pihak. Di tingkat perusahaan, anggaran memeriksa penjualan dan produksi untuk
memperkirakan pendapatan dan arus kas perusahaan. Di tingkat departemen,
anggaran meneliti pengaruh output pekerjaan terhadap biaya. Anggaran departemen
menunjukkan sumber daya yang tersedia, kapan dan bagaimana mereka akan digunakan,
dan pencapaian yang diharapkan (Shim dan Siegel, 2005).
2.5 Partisipasi
Anggaran
Partisipasi anggaran adalah salah satu metode yang memungkinkan berbagai
manajer tingkat bergabung dalam proses penganggaran. Menurut Atkinson dan mitra
(2007) dalam (Phung dan Hoang, 2018). Partisipasi anggaran memungkinkan semua
manajer tingkat membangun target anggaran. Metode ini memungkinkan karyawan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Para peneliti menyetujui
peningkatan kepuasan kerja dan semangat kerja ketika karyawan bergabung dalam
proses penganggaran. Hilton, Maher dan Selto (2000) dalam (Phung dan Hoang,
2018) mengatakan bahwa: kebanyakan orang akan bekerja lebih baik dan lebih
keras untuk mencapai target mereka sendiri jika mereka bergabung dalam diskusi
untuk membangun target anggaran. Di perusahaan kecil dan menengah, manajer
menengah adalah manajer fungsional yang membuat target anggaran untuk
departemen mereka dan merupakan jembatan untuk menghubungkan manajer tingkat
yang lebih tinggi dan manajer tingkat yang lebih rendah. Oleh karena itu,
manajer menengah memainkan peran penting dalam proses penganggaran (Phung dan
Hoang, 2018).
Literatur
akuntansi menunjukkan pentingnya partisipasi dalam penetapan anggaran. Partisipasi
manajer tingkat menengah dan bawah dalam proses penganggaran dapat memiliki
efek menguntungkan setidaknya dalam dua cara. Pertama proses partisipasi
mengurangi asimetri informasi dalam organisasi sehingga memungkinkan manajemen puncak
untuk mendapatkan memahami tentang isu atau kendala manajer tingkat bawah
ketahui. Anggaran merupakan salah satu instrumen untuk mengevaluasi
kinerja manajer. Berdasarkan teori perencanaan perilaku bahwa keterlibatan
manajer dalam proses penganggaran adalah perilaku yang diyakini oleh manajer
akan memberikan dampak positif dalam bentuk peningkatan kinerja. Kinerja setiap
anggota organisasi dalam kegiatan manajerial juga dikenal sebagai kinerja
manajerial termasuk: perencanaan, persiapan, pelaksanaan tugas dan fungsi yang
diwujudkan dalam bentuk pengaturan anggaran. Salah satu instrumen pengendalian
organisasi adalah anggaran yang merupakan salah satu aspek penting dalam
perspektif akuntansi manajemen (Arifin dan Gagarin, 2018).
2.6 Komitmen Organisasi
Komitmen
organisasi didefinisikan sebagai keyakinan yang diinternalisasi di antara karyawan
yang menbentuk pemikiran mereka yang mana berpusat yang berkaitan dengan
nilai-nilai pribadi, status karir dan peluang, partisipasi kerja dan
pengembangan. Banyak penelitian telah mengkategorikan komitmen organisasi
menjadi komitmen afektif dan berkelanjutan. Kata "Afektif" mengacu
pada sikap yang dimiliki oleh seorang karyawan terhadap organisasi dan
"Komitmen berkelanjutan" sebagai kecerdasan mental yang membuat
karyawan tetap atau tinggal di suatu organisasi. Oleh karena itu disimpulkan
bahwa tingkat komitmen yang digunakan karyawan menentukan sejauh mana
efektivitas organisasi (Adeguna dan Ojediran, 2017).
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian sebelumnya telah dilakukan. Terdapat banyak perbedaan yang
ditunjukan dari penelitian terdahulu. Perbedaanterlihat dari pemilihan variabel
independen yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kinerja menejerial. Ringkasan
penelitian terdahulu terhadap kinerja manajerial disajikan sebagai berikut:
No
|
Peneliti
|
Judul
|
Variabel
|
Hasil
|
1
|
Muslim A, Djalil,
Mirna Indriani dan Muttaqin
(2017)
BRAND.
Broad Research in Accounting, Negotiation,and Distribution
Volume
8, Issue 1, 2017, ISSN 2067-8177
|
The Influence of
Organizational Commitment and Motivation in the
Relationship
between Budget Participation and Managerial Performance (Empirical Study on
Provincial Government Agencies ( SKPA)
of Aceh Province,
Indonesia)
|
·
Managerial Performance,
·
Budget Participation,
·
Organizational Commitment,
·
Motivation
|
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi, motivasi, dan partisipasi
anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial baik
secara simultan maupun parsial. Namun, komitmen dan motivasi organisasi tidak
memediasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
|
2
|
Arifin dan Gagaring
Pagalung
International
(2018)
Journal
of Advanced Engineering, Management and Science (IJAEMS)
Vol-4,Issue-9,
ISSN:2454-1311
|
Empirical Study of
the Effect of Participation of
Budget in
Managerial Performance
|
Budget
Participation, Managerial
Performance
|
Partisipasi
anggaran dapat memberikan peran positif dalam kinerja manajerial. Tetapi
partisipasi anggaran bukan satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan
kinerja manajerial tetapi partisipasi anggaran dapat dimoderasi atau
dimediasi dengan variabel lain seperti modal psikologis, Informasi yang
relevan dengan pekerjaan, pengetahuan dan kompetensi, gaya kepemimpinan,
motivasi, dan lain-lain.
|
3
|
M. Taufiq Noor Rokhman
(2017)
IOSR Journal of
Economics and Finance (IOSR-JEF)
-Vol 8, Issue 1
Ver. I (Jan-Feb. 2017), PP 39-43
|
Improving
Managerial Performance through Participation Role
of Budget
Preparation: a Theoretical and Empirical Overview
|
·
Managerial performance and
·
Budget preparation
|
Kontribusi
terbesar dari proses anggaran akan terjadi jika bawahan ikut serta dalam
penyusunan anggaran.
Perbedaan
dalam hasil studi empiris terjadi karena hubungan partisipasi anggaran dan
kinerja manajerial tergantung pada faktor situasional, atau lebih dikenal
sebagai Contingency Variable.
|
4
|
Adenuga Abiola
Oluwalope
& Ojediran
Sunday
(2017)
Accounting
and Finance Research, Vol. 6, No. 3; 2017
|
Impact of
Budgetary Participation and Organizational Commitment on
Managerial
Performance in Nigeria
|
·
Budget Participation,
·
Organizational Commitment,
·
Managerial Performance
|
Temuan
mengungkapkan bahwa partisipasi dalam kegiatan anggaran dan komitmen
organisasi untuk pekerjaan yang dilakukan oleh individu dalam suatu
organisasi berdampak positif terhadap kinerja manajerial
|
5
|
Devi Widiawati
Dan Tantri Yanuar RS
(2019)
Journal
of
Bussiness
Studies, Vol. 15(8) Volume 04, No 1, 2019
|
Effect
of Budget Participation On Managerial Performande Mediated By Job
Satisfaction And Organization Al Commitment
|
·
Budget Participation,
·
Organizational Commitment,
·
Job Satisfaction, Managerial
·
Performance
|
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tinggi dapat mempengaruhi komitmen
organisasi, partisipasi tinggi dapat mempengaruhi kepuasan kerja, kepuasan
kerja dan komitmen organisasi pengaruh tinggi kinerja manajerial. Selain itu,
berdasarkan hasil analisis jalur menunjukkan bahwa kepuasan kerja lebih
tinggi pengaruhnya karena dari pada komitmen organisasi.
|
2.8 Kerangka Teori dan Pengembangan Hipotesis
2.8.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap
Kinerja Manajerial
Partisipasi
penganggaran adalah proses di mana seorang manajer terlibat dan memengaruhi
proses penganggaran, yang kinerjanya akan dievaluasi melalui pencapaiannya. Melalui
partisipasi penganggaran, seorang manajer mendapat peluang untuk berinteraksi,
berkomunikasi, dan memengaruhi tujuan perusahaan (Lau dan Tan, 2003). Menurut
Brownell dan McInnes (1986), partisipasi penyusunan anggaran memungkinkan
manajer untuk melakukan negosiasi target anggaran yang dapat dicapai. Hal ini akan
membangkitkan rasa hormat manajer terhadap pekerjaannya dan perusahaan karena
standar dan tujuan yang ditetapkan adalah hasil dari keputusan bersama, yang
merangsang perasaan tanggung jawab manajer untuk mencapai standar dan tujuan
perusahaan karena mereka terlibat dalam menetapkannya (Tarigan dan Devie,
2015).
Pendekatan
kontingensi secara sistematis mengidentifikasi berbagai kondisi atau faktor
yang dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan
kinerja manajer, sehingga hubungan menjadi kuat dan jelas. Penelitian yang di
lakukan oleh (Rokhman, 2017) menyatakan bahwa Kinerja manajerial yang diperoleh
oleh manajer merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk
meningkatkan efektivitas perusahaan. Kinerja manajerial menunjukkan kemampuan
manajemen untuk menjalankan fungsi manajemen sebagai aktivitas bisnis yang
tentu saja selalu berkaitan dengan pengambilan keputusan. Efektivitas kemampuan
manajemen untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen ditentukan oleh
partisipasi bawahan dalam rencana penganggaran. Kontribusi terbesar dari proses
anggaran akan terjadi jika bawahan ikut serta dalam penyusunan anggaran. Oleh
karena itu, hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut:
H1 = Pengaruh
partisifasi anggaran terhadap kinerja manajerial
2.8.2 Pengaruh Komitmen
Organisasi terhadap Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial menunjukkan pencapaian dan keberhasilan manajer dalam
organisasi untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditentukan. Penelitian
yang dilakukan oleh (Adenuga dan Ojeridan, 2017) menunjukkan komitmen
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerialKomitmen
organisasi yang kuat akan meningkatkan kinerja manajerial. Manajer yang
memiliki loyalitas kepada organisasi akan mencoba membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya dengan melakukan segala kemungkinan untuk melaksanakan tugas
yang menjadi tanggung jawab mereka. Under-manager yang berkomitmen pada
organisasi mereka akan bekerja lebih keras dan lebih kreatif untuk membuat
organisasi tumbuh dan lebih peduli dengan kepentingan organisasi dari pada
kepentingan pribadi mereka. Oleh karena itu,
hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut:
H2= Pengaruh
Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial
2.8.3 Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial melalui Komitmen Organisasi sebagai variabel Intervening
Partisipasi anggaran meningkatkan indentifikasi karyawan tidak hanya
dengan tujuan anggaran tetapi juga dengan tujuan organisasi karena komitmen
organisasi mencakup penerimaan dan kepercayaan terhadap nilai-nilai dan tujuan
organisasi. Manajer yang memahami tujuan anggaran dan tujuan organisasi akan
memiliki keselarasan antara tujuan pribadi manajer dan tujuan organisasi (Hasan
et al, 2015). Komitmen organisasi yang kuat diantara
karyawan akan menyebabkan individu memiliki pandangan positif dan berusaha
memaksimalkan melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan demi kepentingan
perusahaan dalam meningkatkan kinerja manajerial.Oleh karena itu, hipotesis
dapat dijabarkan sebagai berikut:
H3= Pengaruh Partisipasi
Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitemen Organisasi sebagai
variabel Intervening
Dari penjelasan di atas maka dapat
diperoleh model analisis sebagai berikut:
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian
ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan data yang berbentuk angka
atau data kualitatif yang diangkakan.
3.2 Populasi
dan Sampel
Populasi
penelitian ini yaitu dewan direksi beserta manajer (kepala bagian/bidang/unit)
dimana terlibat didalam penyusunan anggaran dan dibebani dengan target anggaran
di 2019 pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Jambi. Dewan direksi beserta
manajer (kepala bagian/bidang/unit) sebagai populasi penelitian ini, karena
unit pertanggung jawaban dibebankan kepada dewan direksi beserta manajer
(kepala bagian/bidang/unit) dengan target anggarannya di masing-masing
BPR.Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil secara proposional
menggunakan simplerandom sampling
yaitu penyempelan acak yang proposional sesuai dengan jumlahnya.
Tabel 3.1
Daftar nama Bank Perkreditan Rakyat di Kota Jambi
No
|
Nama Bank Perkreditan Rakyat
|
1
|
PT. BPR Universal
Sentosa
|
2
|
PT. BPR Mitra Lestari
|
3
|
PT. BPR Batanghari
|
4
|
PT. BPR Artha Prima
Persada
|
5
|
PT BPR Kencana
Mandiri
|
6
|
PT BPR Central Dana
Mandiri
|
7
|
PT BPR Central Niaga
Abadi
|
8
|
PT. BPR Ronatama
Mandiri Jambi
|
9
|
PT. BPR Prima Jambi
Mandiri
|
10
|
PT BPR Pundi Dana
Mandiri
|
11
|
PT BPR Citra Darma
Wangsa
|
12
|
PT BPR Buana Mandiri
|
13
|
PT BPR Perdana Cipta
Sejahtera
|
14
|
PT BPR Ukabima Permata
|
Sumber: OJK, 2019
3.3 Teknik
Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam
melakukan pengumpulan data padapenelitian ini adalah metode survey melalui
pembagian kuesioner. Kuesioner adalah salah satu teknik pengumpulan data pada
penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawab sesuai dengan kendaan sebenarnya. Data
dikumpulkan melalui kuesioner yang diberikan kepada dewan
direksi beserta manajer (kepala bagian/bidang/unit) BPR di Kota Jambi yang terlibat
didalam penyusunan anggaran dan dibebani dengan target anggaran di 2019.
Untuk mengukur variabel dalam penelitian
ini menggunakan skala Likert l yaitu mulai dari angka 5untuk pendapat sangat
setuju (SS) dan angka 1 untuk pendapat sangat tidak setuju (STS) Perinciannya
adalah sebagai berikut: 1. Kategori Sangat Setuju (SS) diberi skor 5 2.
Kategori Setuju (S) diberi skor 43. Kategori Ragu (R) diberi skor 3 4. Kategori
Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 5. Kategori Sangat Tidak Setuju (STS) diberi
skor 1
3.4 Definisi
Operasional Variabel
3.4.1 Partisipasi
Anggaran (Variabel Independent)
Partisipasi anggaran adalah proses di mana
seorang manajer terlibat dan mempengaruhi proses penganggaran yang kinerjanya
akan di evaluasi (Brownell, 1982). Proses partisipasi penganggaran adalah
pendekatan bottom-up di mana semua anggota perusahaan yang terkena dampak
anggaran terlibat dalam proses penganggaran (Blocher, Stout, dan Cokins, 2010).
Tingkat keterlibatan dan pengaruh seseorang dalam proses penganggaran merupakan
faktor yang menunjukkan adanya partisipasi penganggaran dalam suatu perusahaan.
Instrumen mengenai partisispasi anggaran yang digunakan pada penelitianini
diadopsi dari Brownell (1982) yaitu partisipasi anggaran diukur dengan dua
indikator, yaitu: (1) Pengaruh Anggota dalamkeputusan penyusunan Anggaran, dan
(2) Keterlibatan dalam penyusunan anggaran.
3.4.2 Kinerja
Manajerial (Variabel Dependent)
Kinerja manajerial adalah ukuran seberapa
efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja
manajerial yang telah diperoleh manajer merupakan faktor yang dapat digunakan
untuk meningkatkan efektivitas perusahaan. Kinerja manajerial menunjukkan
kemampuan manajemen untuk mengeksekusi fungsi manajemen adalah aktivitas
bisnis, yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Intrumen yang digunakan
pada penelitian ini diadopsi dari Mahoney, et al. (1963) yaitu (1) Perencanaan
(2) Investigasi (3) Koordinasi (4) Evaluasi (5) Supervisi (6) Staffing.
3.4.3 Komitmen
Organisasi (Variabel Intervening)
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai
tingkat keterikatan perasaan dan keyakinan dengan organisasi tempat mereka
bekerja. Monday et al (1979) mengemukakan bahwa ada sembilan indikator dalam
mengukur komitmen organisasi, yaitu Kerja keras, komunikasi, kemauan, nilai
yang sama, kebanggaan, inspirasi, kesenangan, kepercayaan diri, dan perhatian.
Konstruk komitmen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrument
yang dikembangkan oleh Monday, etal. (1979). Yang mana diukur dengan tiga
indikator, yaitu: (1) Komitmen organisasi dengan bentuk Affective, (2) Komitmen organisasi dengan bentuk Constituance,dan (3) Komitmen organisasi
dengan bentuk Normative.
3.5 Metode Analisis
Alat
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM) dengan Partial Least Square (PLS-SEM). Sebelum instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data perlu dilakukan terlebih dahulu valid instrument (valid) and reliable (reliable) secara empiris.
Dalam penelitian ini, ada tigahipotesis yang diuji. Dalam analisis menggunakan
PLS, dua hal yang dilakukan adalah Outer
Model or Measurement Model kemuadian
assess Inner StructuralModels or Models.
Ø Goodness
of Fit
Uji
Convergent Validity
Uji convergent
validity dilakukan untuk mengetahui validitas dari indikator yang digunakan.
Indikator dinyatakan valid dengan nilai weights or loadings factor berkisar di
atas 0,50.
Ø
Uji
Discriminant Validity
Uji discriminant
validity dilakukan untuk mengetahui korelasi antara tiap indikatormdengan semua
variabel laten yang ada. Seluruh indikator dinyatakan valid jika nilaimkorelasi
cross loading seluruh indikator yang digunakan dalam membentuk variabel laten,
lebih besar dibandingkan dengan korelasi terhadap variabel laten yang lain (Ghozali
& Latan, 2015).
Ø
Average
Variance Extracted (AVE)
(AVE) dilakukan untuk mengetahui nilai yang menunjukkan
besarnya varian indikator yang dikandung oleh variabel. Nilai AVE seluruh
variabel dinyatakan valid apabila nilai AVE berkisar di atas 0,5.
Ø
Composite
Reliability
Uji composite
reliability menunjukkan seluruh variabel dinyatakan reliable apabila nilai
composite reliability dan cronbachs alpha lebih dari 0.70 (Ghozali & Latan, 2015).
Ø
Evaluasi
Inner Model
Evaluasi inner
model dilakukan dengan uji bootstrapping yang menghasilkan nilai koefisien
determinasi R square, Q square, path coefficients, latent variable correlations.
Hasil evaluasi inner model dijelaskan sebagai berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony dan Govindarajan. 2007. Management Control Systems. McGraw-Hill. New York.
Arifin , Gagaring Pagalung. 2018. Empirical Study of the Effect of
Participation of Budget in Managerial Performance. International Journal of
Advanced Engineering, Management and Science (IJAEMS).
Bisnis.com.
2018. https://finansial.bisnis.com/read/20190428/90/916410/jumlah-bpr-turun-30-unitselama-2018
(diakses tanggal 6 Desember 2019)
Brownell,
P. (1982). A Field Study Examination Of
Budgetary Participation And Locus Of Control. Journal The Accounting
Review. 4 (57): 766.
Blocher,
E.J., Stout, D.E., & Cokins, Gary. 2010. Cost Management: Strategic Emphasis. 5 ed. New York: The Mc
Graw-Hill Companies, Inc
Devi
Widiawati dan Tantri Yanuar RS. 2019. Effect
of Budget Participation On Managerial Performande Mediated By Job Satisfaction
And Organization Al Commitment. Journal of Business Studies. Issn: 2443-3837.
Volume 04, No 1, 2019
Djalil
Muslim A, Mirna Indriani dan Muttaqin. 2017. The Influence of Organizational Commitment and Motivation in the
Relationship between Budget Participation and Managerial Performance(Empirical
Study on Provincial Government Agencies ( SKPA) of Aceh Province, Indonesia.
BRAND. Broad Research in Accounting, Negotiation, and Distribution. Volume
8, Issue 1, 2017, ISSN 2067-8177.
Ghazali,
I dan H. Latan. 2015. Partial Least
Squares Konsep Teknik dan aplikasi
Menggunakan Program Smart PLS 3.0 untuk
Penelitian Empiris. Edisi 2. Universitas Dipenegoro, Semarang.
Hasan
Almasi, Mohammad Reza Palizdar dan Hossein Parsian. 2015. Budgetary participation and managerial performance: The impact of
information and environmental volatility. Budgetary participation and
managerial performance: The impact of information and environmental volatility.
Journal Management Science Letters 5 (2015) 843–854
Harianty
,Widi .2015. Pluriform motivation as
antecedent and its relationships to budgeting participation and managerial
performance (Empirical Study on Manufacturing Companies listed on Indonesian
Stock Exchange). 2nd Global Conference on Business and Social Science 2015.
GCBSS-2015, 17-18 September 2015, Bali, Indonesia. Procedia - Social and
Behavioral Sciences 211,
Jambiupdate.com
2018. https://www.jambiupdate.co/artikel-bi-jambi-kinerja-bpr-melambat.html.
(diakses tanggal 6 Desember 2019)
Odenuga
Abiola Oluwalope dan Ojediran Sunday. 2017. Impact
of Budgetary Participation and Organizational Commitment on Managerial Performance
in Nigeria. Accounting and Finance Research. Vol. 6, No. 3; 2017
Otley
David. 1980. The Contigency Theory Of
Management Accounting Achievement And Prognosis. Accounting, Organizations
and Society. Vol. 5, No. 4, pp. 413428.
Pung
dan Hoang. 2018. The Influence of
Budgeting Commitment On Budgeting Participation and Managerial Performance of
Middle Managers In Vietnamese Enterprises. The 5 IBSM Interna tional Conference on Business, Mana gement and
Accounting. 19-21 April 2018. Hanoi Uni
versity of Industry. Vietnam.
Rokhman
M. Taufiq Noor R. 2017. Improving
Managerial Performance through Participation Role of Budget Preparation: a
Theoretical and Empirical Overview. IOSR Journal of Economics and Finance
(IOSR-JEF). e-ISSN: 2321-5933, p-ISSN: 2321-5925.Volume 8, Issue 1 Ver. I
Shim
Jae K dan Joel G. Siegel. 2005. Budgeting
Basics and Beyond. John Wiley & Sons, Inc.
Matthew
A. Bata. 2014. Participative Budgeting
and Managerial Performance in the Nigerian Food Products Sector. Global
Journal of Contemporary Research in Accounting, Auditing and Business Ethics
(GJCRA)An Online International Research Journal (ISSN: 2311-3162). 2014 Vol: 1
Issue 3
McPeat Sean. 2010. Performance Management. BookBoon, MTD Training &
Ventus Publishing ApS
Miles
M. (1992). The Effective Manager: Semi-Tough, McGraw Hill. McShane, S. L., Von
Glinow, M.Organisational Behaviour. Boston: McGraw-Hill.
Monday,
R.T.,R.M. Streers dan L.W. Porter. 1979. The
Measurement of Organizational Commitmen. Journal of Vacational Behavior.
Vol.14, pp. 224-247